DIFINISI

Aneurisme aorta adalah pelebaran atau pembesaran abnormal pada dinding aorta, yaitu pembuluh darah utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Aneurisme ini terjadi akibat kelemahan pada lapisan dinding aorta, yang membuatnya menonjol seperti balon. Jika tidak terdeteksi dan ditangani, aneurisme dapat membesar dan akhirnya pecah (ruptur), yang dapat menyebabkan perdarahan internal yang fatal.

ETIOLOGI

Aneurisma terjadi karena pelemahan pada dinding pembuluh darah, yang menyebabkan pembuluh melebar atau menonjol. Penyebabnya bisa bervariasi tergantung jenis dan lokasi aneurisma, namun beberapa faktor umum meliputi:

  1. Aterosklerosis (Penyebab utama): Penumpukan plak lemak di dinding arteri menyebabkan dinding pembuluh melemah dan kehilangan elastisitas, sehingga mudah mengembang.
  2. Hipertensi (Tekanan darah tinggi):Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus memberi tekanan pada dinding pembuluh darah, sehingga mempercepat kerusakan dan pelemahan.
  3. Faktor Genetik / Keturunan :Beberapa kelainan bawaan seperti sindrom Marfan atau Ehlers-Danlos menyebabkan jaringan ikat menjadi lemah dan mudah membentuk aneurisma.
  4. Infeksi :nfeksi seperti endokarditis, sifilis, atau infeksi bakteri pada dinding arteri (aneurisma mikotik) dapat menyebabkan peradangan dan melemahnya dinding pembuluh darah.
  5. Trauma :Cedera hebat pada dada atau perut (misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor) bisa menyebabkan aneurisma traumatik.
  6. Merokok:Rokok merusak lapisan endotel pembuluh darah, mempercepat aterosklerosis, dan meningkatkan risiko aneurisma terutama aneurisma aorta abdominal.
  7. Usia dan Jenis Kelamin:Risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada laki-laki di atas 65 tahun.

TANDA DAN GEJALA

  • Asimtomatik
  • Rasa sakit di bagian peru
  • Sakit punggung yang menyebar ke kaki bagian belakang
  • Abdominal pulsation
  • Denyut femoral berkurang Kecemasan Kurang istirahat
  • tekanan nadi menurun
  • Denyut thready naik

PATOFISIOLOGI

Aneurisma aorta merupakan kondisi patologis yang ditandai dengan pelebaran abnormal pada segmen aorta akibat melemahnya struktur dinding pembuluh darah. Menurut Huether dan McCance (2020) dalam buku Understanding Pathophysiology, proses ini diawali dengan degenerasi pada lapisan media aorta, yaitu lapisan tengah yang terdiri dari serabut elastin dan kolagen. Kerusakan atau kehilangan struktur elastis ini menyebabkan berkurangnya kekuatan dan elastisitas dinding aorta. Salah satu penyebab utama pelemahan ini adalah aterosklerosis, yaitu penumpukan plak lemak di lapisan dalam pembuluh darah yang memicu respons inflamasi kronis. Sel-sel inflamasi seperti makrofag akan melepaskan enzim proteolitik, seperti metaloproteinase, yang menghancurkan komponen elastik pada dinding aorta. Selain itu, tekanan darah tinggi (hipertensi) juga berperan besar dalam meningkatkan stres dinding (wall stress) pada area yang telah melemah, sehingga mempercepat proses pelebaran (dilatasi) aorta. Faktor genetik seperti sindrom Marfan atau Ehlers-Danlos, serta kebiasaan merokok, usia lanjut, dan jenis kelamin laki-laki turut memperberat risiko terjadinya aneurisma. Jika tidak ditangani, aneurisma dapat terus membesar dan akhirnya pecah (ruptur), yang menyebabkan perdarahan internal masif dan risiko kematian yang sangat tinggi.

TEST DIAGNOSTIK

  1. Rontgen Dada (Chest X-ray)
  2. USG Abdomen (Abdominal Ultrasound)
  • Pilihan utama untuk skrining aneurisma aorta abdominalis (AAA), terutama pada pria >65 tahun.
  • Cepat, non-invasif, dan murah.
  • Dapat mengukur diameter aorta dengan akurasi tinggi.

3. CT Scan dengan Kontras (CT Angiography)

  • Pemeriksaan paling akurat untuk mendeteksi dan mengevaluasi ukuran, bentuk, serta risiko ruptur aneurisma.
  • Dapat digunakan untuk aneurisma torakal dan abdominal.
  • Menampilkan struktur pembuluh darah secara detail.

KOMPLIKASI

  • Ruptur (Pecahnya Aneurisma) :Aneurisma yang membesar dapat pecah, menyebabkan perdarahan internal masif.
  • Diseksi Aorta:Robekan pada lapisan dalam dinding aorta yang menyebabkan darah mengalir di antara lapisan dinding (intima dan media).Dapat menyebabkan iskemia organ vital, stroke, atau kematian mendadak.
  • Emboli Trombus: Gumpalan darah (trombus) dapat terbentuk dalam aneurisma dan lepas (emboli) ke aliran darah,Bisa menyumbat arteri kecil, menyebabkan iskemia ekstremitas, stroke, atau gangguan organ lainnya.
  • Iskemia Anggota Gerak: ika emboli menyumbat pembuluh darah perifer, aliran darah ke tungkai atau lengan dapat terganggu.
  • Infeksi Aneurisma (Mycotic Aneurysm):Aneurisma bisa terinfeksi oleh bakteri (misalnya Salmonella, Staphylococcus aureus), terutama pada pasien imunosupresi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  • Risiko perfusi jaringan tidak efektif Berhubungan dengan: penurunan aliran darah akibat pelebaran aorta, tekanan pada struktur sekitarnya, atau adanya trombus. Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan sistemik dan organ vital secara adekuat.
  • Risiko perdarahan Berhubungan dengan: kemungkinan ruptur aneurisma, prosedur invasif (misal: operasi aneurisma), atau terapi antikoagulan. Tujuan: Mencegah terjadinya ruptur dan komplikasi perdarahan internal.
  • Cemas Berhubungan dengan: distensi pembuluh darah, tekanan aneurisma terhadap jaringan sekitar.
    Dibuktikan oleh: verbal menyatakan nyeri, gelisah, tekanan darah meningkat, denyut nadi cepat.
    Tujuan: Mengurangi intensitas nyeri pasien
  • Risiko penurunan curah jantung Berhubungan dengan: ruptur aorta atau diseksi aorta yang mengganggu fungsi pompa jantung.
    Tujuan: Menstabilkan curah jantung dan mencegah syok kardiogenik.

INTERVENSI KEPERAWATAN

  • Monitor tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah dan nadi → untuk mendeteksi tanda dini penurunan perfusi atau ruptur.
  • Observasi adanya perubahan status neurologis, urin, dan warna kulit → indikator perfusi organ.
  • Posisikan pasien dengan kepala sedikit ditinggikan (semi-Fowler) → membantu menurunkan tekanan intratorakal.
  • Berikan oksigen sesuai indikasi → meningkatkan oksigenasi jaringan.
  • Kolaborasi pemberian antihipertensi atau vasodilator → mencegah peningkatan tekanan darah yang bisa memperburuk aneurisma.
  • Evaluasi lokasi dan ukuran aneurisma dari hasil diagnostik (CT scan/USG).
  • Ajarkan pasien untuk menghindari aktivitas berat atau mengejan → mencegah peningkatan tekanan intraabdomen/dada.
  • Monitor adanya nyeri mendadak hebat di punggung, perut, atau dada → gejala ruptur.
  • Siapkan rencana tindakan kegawatdaruratan jika terjadi ruptur → seperti rujukan cepat ke bedah vaskular.
  • Kolaborasi pemberian obat penurun tekanan darah.
  • Berikan informasi tentang kondisi aneurisma, rencana pengobatan, dan risiko komplikasi secara jelas dan tenang.
  • Berikan kesempatan bertanya dan ekspresikan kekhawatiran → memperkuat coping pasien.
  • Libatkan keluarga dalam edukasi → meningkatkan dukungan emosional.
  • Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam atau meditasi ringan.
  • Observasi karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, frekuensi) → membantu menilai progres penyakit.
  • Berikan kenyamanan melalui posisi yang tepat dan lingkungan yang tenang.
  • Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi medis.
  • Pantau respon pasien terhadap analgesik.

REFRENSI

  • American Heart Association (AHA)
  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
  •  Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2020). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
  • Huether, S. E., & McCance, K. L. (2020)
  • .HUETHER, S. E. (2019). BUKU AJAR PATOFISIOLOGI. SINGAPURA: ELSEVIER.
  • BLACK, J. M. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. SINGAPURA: ELSIVIER .
  • demystified. (2013). keperawatan kritis. jakarta: ANDI.
  • HURS, M. (2019). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. jakarta: EGC.
  • JACSON, M. D. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEMYSTIFIED. JAKARTA: RAPHA.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *